BANDAR LAMPUNG – Dalam lautan program pembangunan dan narasi kemajuan yang dipoles rapi dalam baliho serta pidato, akan hadir satu pertunjukan yang tak memoles apa pun—justru mencabik-cabik. “Menggugat”, sebuah pementasan teater dengan naskah kritis dan satire tajam, akan digelar pada Minggu, 25 Mei 2025 pukul 15.00 WIB di Dewan Kesenian Lampung.
Disutradarai dan ditulis oleh Ayu Aprilia, S.Pd., dan dimainkan oleh Krisna Adifta serta Muhammad Al-Faruq, lakon ini datang bukan untuk menyenangkan penonton, tetapi mengusik dengan sopan, namun brutal. Produksi ini diinisiasi dan didukung penuh oleh Komunitas Kata Kita dan Dewan Kesenian Lampung, komunitas seni yang dikenal vokal dalam menggugat isu sosial lewat karya-karya reflektif, dan didampingi langsung oleh pendirinya, Bapak Taufik Hidayatullah, S.Pd.
Apa yang terjadi ketika rakyat kecil yang kehilangan rumah karena banjir atau penggusuran mencoba bersuara? Apakah mereka dianggap “mengganggu ketertiban”? Atau cukup diundang dalam forum diskusi lalu dilupakan? “Menggugat” menyulut pertanyaan-pertanyaan ini tanpa harus bersuara lantang—karena isi naskahnya sendiri sudah seperti pukulan yang dibungkus tawa getir. Melalui lakon yang penuh alegori, “Menggugat” memperlihatkan bagaimana suara rakyat diproses layaknya berkas: dinilai, disortir, dilampirkan, lalu dibungkam. Banjir bukan hanya peristiwa alam—tetapi lambang dari sistem yang tak kunjung menutup lubang. Mega proyek bukan cuma kebanggaan, tetapi simbol kesenjangan yang membesar diam-diam.
Dengan pendekatan satir yang cerdas, pertunjukan ini mengajak penonton merenung di balik kelucuan yang tidak lucu-lucu amat. Dialognya padat, gerakannya simbolis, dan suasananya dibangun untuk tidak memberikan rasa nyaman—karena realitas pun sudah lama tidak nyaman untuk sebagian orang.
Kita hidup di tengah kemajuan yang gemerlap, tapi di pinggirnya masih banyak suara yang tercecer. Karena tidak semua suara punya akses ke mikrofon, tidak semua luka mendapat tempat di meja konferensi. “Menggugat” adalah ruang alternatif—panggung kecil untuk teriakan besar. Pementasan ini bukan hanya hiburan, tapi pengalaman. Ia menolak menjadi tontonan yang selesai saat tirai ditutup. Justru, ia mulai bekerja setelah tepuk tangan reda—mengendap sebagai gugatan di kepala penontonnya.
Siapa yang sebenarnya kita bela? Dan siapa yang diam-diam kita biarkan tenggelam? Dengan hanya dua pemeran, “Menggugat” menjanjikan intensitas yang tajam dan emosional. Dialog akan membawa penonton naik-turun di antara satire dan kenyataan, absurditas dan logika sosial. Di dalamnya, ada potret rakyat yang terus bersuara dan sistem yang terus mengecilkan suara itu menjadi latar belakang.
Di era di mana semuanya bisa dikompromikan demi “citra baik,” teater ini memilih tidak kompromi. Ia tidak tunduk pada kenyamanan, tidak takut membuat tidak enak. Karena teater, sebagaimana seni seharusnya, memang tidak wajib menyenangkan. Ia wajib jujur.
Datanglah ke Dewan Kesenian Lampung, Minggu, 25 Mei 2025, pukul 15.00 WIB.
Pemesan Tiket :
https://bit.ly/ikutanmenggugatyuk_pesantiket
Instagram : @teater_katakita
Bukan untuk ditenangkan, tapi untuk diusik.
Bukan untuk melihat panggung, tapi untuk bercermin.
“Menggugat” tidak menyuap kenyamanan. Ia menghidangkan realitas yang selama ini tidak lolos sensor.(Arsan)
Jangan lupa Follow IG Inspiratif.co.id Official : @inspiratif.co.id_official dan ikuti laman Facebook Media Inspiratif.co.id

